Sunday, September 11, 2016

Riyadhah dan Kesenangan Nafsu

Riyadhah dan Kesenangan Nafsu

   Allah SWT menurunkan wahyu kepada Musa AS: “Hai Musa, kalau engkau ingin Aku lebih dekat denganmu daripada pembicaraan dengan lidahmu, bisikan hati dengan hatimu, nyawa dengan badanmu, sinar penglihatan dengan matamu dan pendengaran dengan telingamu, perbanyaklah membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW.”
   Allah SWT berfirman: “Dan hendaklah setiap diri (seorang) memperhatikan apa yang dia ajukan untuk hari esok. Yakni apa yang dia kerjakan untuk hari kiamat.” (QS.Al-Hasyr:18)

   Ketahuilah wahai manusia, sesungguhnya nafsu yang selalu memerintahkan kejahatan (nafsu amarah) adalah lebih memusuhimu daripada iblis. Setan bisa menjadi kuat menguasaimu hanya dengan pertolongan hawa nafsu dan kesenangan-kesenangannya. Untuk itu jangan sampai nafsu menipumu dengan angan-angan kosong dan tipu daya, karena diantara ciri khas nafsu adalah merasa aman, lengah, santai, lambat dan malas. Jadi semua ajakannya adalah batil dan segala sesuatu yang timbul darinya adalah tipu daya belaka. Jika engkau puas dengannya dan mengikuti perintahnya, engkau tentu celaka, jika engkau lengah menelitinya, engkau tentu tenggelam dan jika engkau lemah untuk melawannya dan mengikuti saja kesenangannya, tentu dia akan membimbingmu ke neraka. Nafsu bukanlah sesuatu yang dapat diarahkan menuju kebaikan. Dia adalah pangkal segala bencana dan sumber aib, dan dia tempat simpanan kekayaan iblis serta tempat berlindung setiap kejahatan yang tidak akan mengetahui nafsu itu kecuali Tuhan yang menciptakannya. “Takutlah kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

   Apabila seorang hamba berfikir mengenai umurnya yang telah berlalu dalam mencari akhiratnya, maka pemikiran ini dapat mencuci (membersihkan) hati.
Nabi Muhammad SAW telah bersabda: “Berfikirlah satu jam adalah lebih baik daripada beribadah setahun.” Demikian disebutkan dalam tafsir Abu Laits.

   Maka seharusnya orang yang berakal itu bertobat dari dosa-dosa yang lalu. Berfikir mengenai hal-hal yang dapat  mendekatkannya kepada Allah menjadikannya selamat di perkampungan akhirat dan memupus angan-angan kosong. Seharusnya pula dia segera bertobat, ingat kepada Allah SWT, meninggalkan larangan-larangan, menyabarkan diri dan tidak mengikuti keinginan-keinginan nafsu. Karena nafsu ibarat berhala, maka barangsiapa mengabdi kepada nafsu, berarti dia telah mengabdi kepada berhala dan barangsiapa mengabdi kepada Allah dengan ikhlas, maka dialah orang yang mau mengalahkan hawa nafsunya.
Kami telah membuka jalur perdagangan Nasional
   Diriwayatkan bahwasanya Malik bin Dinar berjalan di dalam pasar Basrah, dia melihat buah tin dan menginginkannya. Lalu dicopotlah sandalnya dan diberikannya kepada pedagang buah itu sambil berkata: “Berikanlah kepadaku buah tin sebagai gantinya.”
Pedagang buah itu melihat sandal dan berkata: “Sandal itu tidak cukup untuk memberi satu buah pun.” Berlalulah Malik, lalu ditanyakan oleh seseorang kepada padagang buah itu: “Tidakkah kau mengenal siapa dia?”
Berkata padagang buah itu: “Tidak.”
Lalu dikatakan padanya: “Dia adalah Malik bin Dinar.”
Pedagang buah itu pun segera membebankan di atas kepala budak pelayannya sebuah baki yang penuh dengan tin. Dia berkata pada budak itu: “Kalau dia mau menerima ini dari kamu, kamu menjadi merdeka seketika.” Maka larilah budak itu dibelakang Malik bin Dinar. Budak itu berkata kepadanya: ”Terimalah ini dari saya.” Tetapi dia menolak, lalu budak itu berkata: “Terimalah, karena di dalamnya terdapat kemerdekaanku.”
Malik bin Dinar menjawab: “Kalau di dalamnya terdapat kemerdekaanmu, maka di dalamnya pun terdapat siksaku.” Budak itu masih saja membujuknya tetapi Malik bin Dinar berkata: “Aku bersumpah untuk tidak menjual agama dengan tin dan aku tidak akan makan tin sampai hari kiamat.”
   (Hikayah) Bahwasanya Malik bin Dinar ditimpa sakit yang menjadi sebab kematiannya, dia inginkan semangkuk madu dan susu untuk mencampuri roti panas. Datanglah seorang pelayan dan membawanya kepada Malik. Malik mengambilnya dan melihatnya sesaat lalu berkata: “Hai nafsu, engkau telah bersabar selama tiga puluh tahun dan umurmu hanya tinggal sesaat saja.” Dia membuang mangkuk dari tangannya dan menyabarkan hatinya, lalu meninggal dunia. Demikianlah keadaan para Nabi, Wali, Orang-orang yang teguh dalam imannya, Orang-orang yang merindukan Allah dan Orang-orang yang zuhud.

   Nabi Sulaiman bin Dawud AS berkata: “Sesungguhnya orang yang mau mengalahkan hawa nafsunya adalah lebih berat daripada orang yang menaklukkan sebuah kota sendirian.”
Ali bin Abi Thalib karramahullahu wajhah berkata: “Tidak ada aku dengan nafsuku, kecuali seperti seorang pengembala kambing. Setiap dia mengumpulkan kambing-kambing dari satu arah, maka berpencarlah mereka dari arah yang lain. Barangsiapa yang membunuh nafsunya, dia akan dibungkus dengan kafan rahmat dan dikubur dalam bumi kemuliaan, dan barangsiapa yang membunuh hatinya, maka dia akan mati dalam kafan laknat dan dikubur dalam bumi siksa.”
   Yahya bin Muadz Ar-Razi berkata: “Perangilah nafsumu dengan ketaatan kepada Allah dan riyadhah. Riyadhah adalah meninggalkan tidur, sedikit bicara, bertahan dari gangguan manusia dan sedikit makan. Dari sedikit tidur keinginan-keinginan hati menjadi baik, dari sedikit bicara akan timbul keselamatan dari bahaya, dari kesabaran menghadapi gangguan ia akan mencapai derajat tertinggi dan dari sedikit makan akan lenyap kesenangan-kesenangan nafsu.” Karena di dalam banyak makan terdapat kekerasan hati (sukar menerima nasehat) dan kehilangan nurnya. Nur hikmah adalah kelapangan sedang kekenyangan akan membuatnya jauh dari Allah. Rasulullah SAW telah bersabda: “Terangilah hatimu dengan lapar dan perangilah nafsumu dengan lapar dan haus serta rajinlah untuk terus mengetuk pintu surga dengan lapar itu pula. Karena pahala dalam menjalani semua itu seperti pahala orang yang jihad/perang di dalam jalan Allah. Sesungguhnya tiada sebuah amal pun yang lebih dicintai Allah SWT daripada lapar dan haus, dan orang yang memenuhi perutnya tidak akan dapat memasuki kerajaan langit dan kehilangan kemanisan ibadah.”

   Berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq RA: “Aku tidak pernah kenyang (karena makan) setelah aku masuk Islam agar aku menemukan kamanisan beribadah kepada Tuhanku, dan tidak pernah segar (karena minum) sejak aku masuk Islam karena merindukan bertemu dengan Tuhanku.” Karena dalam banyak makan terdapat sedikitnya ibadah, sebab apabila manusia memperbanyak makan badan menjadi berat dan dua buah matanya mengalahkannya (karena kantuk) serta lambatlah semua anggota tubuh (karena lemas), lalu tidak satu pun sesuatu yang berarti yang datang darinya walau ia berusaha, kecuali hanya tidur melulu. Jadilah ia seperti bangkai yang terbuang sia-sia. Demikian disebutkan di dalam kitab Minhajul Abidin.
   Dari Lukman Al-Hakim, sesungguhnya dia berkata kepada anaknya: “Janganlah engkau memperbanyak makan dan tidur, karena orang yang memperbanyak keduanya di hari kiamat nanti dapat menjadikan miskin dari amal saleh.” Demikian dalam kitab Maniyyatil-Mufti.
Bersabda Nabi Muhammad SAW: “Janganlah kamu membuat mati hati dengan banyak makan dan minum, karena hati dapat mati seperti tanaman apabila terlalu banyak air.”
Sementara orang-orang saleh banyak yang telah berbuat seperti itu. Perut yang berada di bawah hati ibarat belanga yang berisi air yang mendidih di mana asapnya akan sampai ke hati. Banyaknya asap yang keluar akan dapat mengotori dan membuat hati menjadi hitam. Lalu karena banyak makan membuat perut menjadi penuh, sehingga bisa menghilangkan kecerdasan.

    Ada sebuah cerita dar Yahya bin Zakaria AS, sesungguhnya iblis menampakkan diri padanya dan membawa beberapa kail.
Berkatalah Yahya padanya: “Apa ini?”
Dia menjawab: “Beberapa kesenangan yang aku buat untuk mengail anak cucu Adam.”
Yahya bertanya: “Adakah kau temukan sesuatu bagiku di dalamnya?”
Dia berkata: “Tidak, hanya saja engkau pernah kenyang dalam suatu malam, lalu aku bebankan kepadamu untuk melakukan Shalat.”
Yahya AS berkata: “Suatu hal yang pasti, sesungguhnya aku tidak akan mau kenyang lagi untuk selama-lamanya.”
Iblis pun menjawab: “Juga suatu hal yang pasti, bahwa sesungguhnya aku tidak akan memberi nasehat kepada seorang pun untuk selama-lamanya.”
Semua itu mengisahkan orang yang tidak pernah kenyang seumur hidup kecuali hanya semalam. Lalu bagaimana dengan orang yang tidak pernah lapar sumur hidupnya semalam pun, kemudian mengharapkan ibadah?
   Ada sebuah kisah dar Yahya bin Zakaria AS juga, sesungguhnya dia kenyang akibat roti dari gandum. Suatu hari, dia  tertidur ketika berzikir pada suatu malam.

Allah SWT menurunkan wahyu kepadanya: “Hai Yahya, apakah kau temukan sebuah perkampungan yang lebih utama dari perkampunganku atau tempat bersanding yang lebih baik bagimu daripada dengan Aku? Demi Keagungan-Ku dan Keluhuran-Ku, seandainya engkau melihat Firdaus dan engkau melihat Jahanam dengan sebuah penglihatan, tentu engkau menangis dengan nanah, sebagai ganti air mata dan engkau akan memakai besi sebagai ganti dari kain kadut.”


Artikel Menarik yang lainnya:
1. Takut
2. Takut Kepada Allah
3. Sabar dan Sakit
4. Riyadhan dan Kesenangan Nafsu
5. Kemenangan Nafsu dan Permusuhan Setan
6. Kelengahan
7. Lupa Kepada Allah, Kefasikan dan Kemunafikan
8. Tobat
9. Kecintaan
10. Rindu
11. Taat Kepada Allah, Mencintai-Nya dan Mencintai utusannya Nabi Muhammad SAW
12. Iblis dan Siksanya
13. Amanat
14. Menyempurnakan Shalat Dengan Khudu’ dan Khusyu’
15. Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar
16. Setan
17. Amanat dan Tobat
18. Keutamaan Kasih Sayang
19. Khusyu’ dalam Shalat
20. Menggunjing dan Mengadu Domba
21. Zakat
22. Zina
23. Silatur Rahmi dan Hak-hak Kedua Orang Tua
24. Berbakti Kepada Orang Tua
25. Zakat dan Kekikiran
26. Angan-angan yang Muluk
27. Menjalankan Taat dan Meninggalkan Perbuatan Haram
28. Ingat Mati
29. Beberapa Langit dan Jenis-jenis yang berbeda
30. Kursi dan Arasy, Malaikat Muqorrobin, Rezeki dan Tawakal
31. Di Dalam Meninggalkan Duniawi dan Tercelanya Apa yang Ada Di Dalamnya
32. Tercelanya Dunia

No comments:

Post a Comment