Sunday, September 25, 2016

Siksaan Ulama Dunia

Siksaan Ulama Dunia
Mukasyafatul Qulub
     Kami maksudkan dengan ulama dunia adalah ulama jahat yang tujuan ilmunya untuk kemewahan dunia dan sebagai jembatan untuk mendapatkan kemuliaan dan kedudukan di hadapan pemilik-pemilik dunia.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya manusia yang paling berat siksanya pada hari kiamat adalah orang alim yang Allah tidak memberi manfaat kepada ilmunya.”
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Seseorang tidak menjadi alim sehingga dia mengamalkan ilmunya.”
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Ilmu itu ada dua macam, yaitu ilmu lisan. Itu adalah hujjah Allah SWT atas makhluk-Nya. Dan ilmu dalam hati itulah ilmu yang bermanfaat.”
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Akan ada pada akhir masa nanti orang-orang beribadah yang bodoh dan ulama yang menyimpang.”
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Janganlah kamu belajar ilmu untuk membanggakan diri kepada para ulama, untuk berdebat kepada orang-orang bodoh dan untuk memalingkan wajah-wajah manusia kepadamu. Barangsiapa yang melakukan itu, maka dia dalam neraka.”
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barangsiapa yang menyembunyikan sebuah ilmu yang ada di sampingnya, maka Allah akan mengendalinya dengan kendali dari api neraka.”
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sungguh aku lebih mengkhawatirkan dari selain Dajjal atas kamu daripada Dajjal.” Lalu ditanyakan kepada beliau, “Apa itu?” beliau bersabda: “Yaitu pemimpin-pemimpin yang menyesatkan.”
Nabi Muhammad SAW bersabda”
“Barangsiapa yang bertambah-tambah ilmunya, tetapi tidak bertambah mendapat petunjuk, maka dia tidak bertambah (dekat) kepada Allah kecuali lebih jauh.”
Isa AS berkata, “Sampai kapan kamu menuturkan sifat jalan pada orang-orang yang mengadakan perjalanan malam, sedang kamu sendiri tetap tinggal bersama orang-orang kebingungan?”
   Semua ini dan hadis-hadis yang lain menunjukkan tentang kegawatan besar ilmu. Karena seorang alim ada kalanya dia mengajukan dirinya kepada kebinasaan untuk selamanya atau kepada keberuntungan untuk selamanya. Dan sesungguhnya dia dengan terjun dalam ilmu benar-benar dihalangi dari keselamatan kalau tidak menemukan keberuntungan.

   Umar r.a juga berkata, “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku khawatirkan di antara hal-hal yang aku khawatirkan terhadap umat ini adalah orang munafik yang alim.”
Mereka bertanya, “Bagaimana orang munafik dapat menjadi orang yang alim?”
Dia berkata, “Alim dalam lidahnya dan bodoh hati dan amalnya.”
Hasan berkata, “Janganlah kamu menjadi orang yang mengumpulkan ilmu dari ulama dan mutiara-mutiara hikmah dari hukama, tetapi kamu berjalanlah dalam amal seperti perjalanan orang-orang bodoh saja.”

Seorang laki-laki berkata kepada Abu Hurairah, “Aku ingin mempelajari ilmu tetapi aku khawatir kalau menyia-nyiakannya.”
Abu Hurairah berkata, “Cukuplah disebut meninggalkan ilmu bila menyia-nyiakannya.”

Dikatakan kepada Ibrahim bin Uyainah, “Manakah manusia yang lebih panjang penyesalannya?”
Dia berkata, “Kalau dia di dunia yang sekarang ini berbuat makruf kepada orang yang tidak mau mensyukurinya. Kalau setelah mati, dia orang alim yang sembrono (bersalah).”
Al-Khalil bin Ahmad berkata, “Laki-laki ini ada empat orang.
1.       Laki-laki yang mengetahui dan dia mengetahui bahwa dirinya mengetahui. Itu adalah orang alim, maka ikuti dia.
2.       Laki-laki yang mengetahui, tetapi dia tidak mengetahui bahwa dirinya mengetahui. Itu adalah orang yang tidur, maka bangunkanlah dia.
3.       Laki-laki yang tidak mengetahui dan mengetahui bahwa dirinya tidak mengetahui. Itu adalah orang yang menginginkan petunjuk kebenaran, maka tunjukanlah dia.
4.       Laki-laki yang tidak mengetahui dan tidak mengetahui bahwa dirinya tidak mengetahui. Itu adalah orang bodoh, maka buanglah (tinggalkanlah) dia.”

Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Ilmu itu bersuara menuntut amal, kalau orang memenuhinya, dia akan betah tinggal dan kalau tidak dia akan pergi.”
Ibnul Mubarak berkata, “Tidak henti-hentinya seseorang alim selagi dia mau menuntut ilmu. Lalu apabila dia menyangka bahwa dirinya benar-benar telah alim, maka dia benar-benar bodoh,”
Fuadhail bin Iyadh berkata, “Sesungguhnya aku benar-benar kasihan terhadap tiga orang. Bangsawan, suatu kaum yang telah menjadi hina, orang kaya dari suatu kaum yang telah menjadi fakir dan orang alim yang dipermainkan dunia.”
Al-Hasan berkata, “Siksaan ulama adalah kematian hati, sedang kematian hati adalah mencari dunia dengan perbuatan akhirat.”
Mereka bersyair:
“Aku heran terhadap orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk sedang orang yang membeli dunianya dengan agama adalah lebih mengherankan. Tetapi lebih mengherankan dari dua orang ini adalah orang yang menjual agamanya dengan dunia orang lain, maka dia lebih mengherankan daripada dua orang sebelumnya.”

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya ada orang alim benar-benar disiksa dengan sebuah siksa, dan mengelilinginya penghuni-penghuni neraka karena menganggap besar kepada kedahsyatan siksanya.”
Yang dimaksud beliau dengan orang itu ialah orang alim yang fajir (menyimpang).
Usamah bin Zaid berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Akan didatangkan seorang alim pada hari kiamat, lalu dilemparkan ke dalam neraka. Terburailah usus-ususnya, lalu dia berkeliling dengan menyeretnya, sebagaimana seekor keledai berputar membawa penggilingan. Berkerumunlah penghuni neraka padanya dan mereka berkata, “Mengapa kamu ini?” dia berkata, “Aku telah memerintahkan kebaikan dan aku sendiri tidak melakukannya.” Sesungguhnya siksaan orang alim dalam maksiatnya dilipat-gandakan karena dia maksiat disertai pengertian.”
Tuhfatul Arusy

Karena itulah Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.” (QS. An-Nisa’:145)
Karena mereka mengingkari setelah mengetahui. Dan Dia menjadikan orang-orang Yahudi lebih jahat daripada orang-orang Nasrani. Padahal mereka tidak menjadikan anak bagi Allah SWT dan tidak pula mereka mengatakan, “Sesungguhnya Allah adalah ketiga dari Tuhan tiga.” Hanya saja, mereka mengingkari setelah makrifat lebih dahulu.
Karena Allah SWT berfirman:
“Mereka mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri.” (QS. Al-Baqarah: 146)

Dan Allah SWT berfirman:
“Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah atas orang-orang yang ingkar.” (QS. Al-Baqarah:89)
Allah SWT berfirman mengenai kisah Bal’am bin Ba’ura:
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda) maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.” (QS. A’raf:175)

Sehingga Dia berfirman:
“Maka perumpamaan seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya juga.” (QS. Al-A’raf:176)

Demikianlah orang alim yang fajir, karena sesungguhnya Bal’am telah diberi Kitab Allah, lalu dia cenderung kepada kesenangan-kesenangan nafsu. Bal’am lalu diumpamakan dengan anjing. Yakni sama saja, baik dia diberi hikmah atau tidak dia akan tetap menjulurkan lidah (maju) kepada kesenangan nafsu.
Isa a.s berkata, “Perumpamaan ulama yang jahat seperti sebuah batu yang jatuh pada mulut sungai. Tidaklah dia menyerap air dan tidak pula dia membiarkan air lolos menuju ke arah tanaman.”

No comments:

Post a Comment